Persiapan Studi di UK – Pengurusan Visa Student

Standar

Belakangan ini banyak pertanyaan dari kawan-kawan tentang pengalaman kami mempersiapkan study di UK. Banyak diantaranya sudah saya jawab lewat japri, akan tetapi mungkin secara panjang dan lebarnya lebih baik saya post di blog ini.

Pertanyaan yang banyak dilayangkan adalah tentang pengurusan student vIsa (tier 4-general). Ada beberapa hal yang perlu diketahui dari pengurusan visa ini. yang pertama anda harus mempunyai paspor terlebih dahulu (iya lah, visa tidak bisa ditempel di KTP). Karena sponsor saya adalah instansi pemerintah dan saya pegawai pemerintah maka paspor yang saya gunakan adalah paspor biru (service passport) yang diterbitkan oleh kementerian luar negeri, bukan kantor imigrasi seperti paspor umumnya yang berwarna hijau.

Syarat berikutnya adalah CAS (Confirmation Acceptance of Study) yang diterbitkan oleh kampus di UK dan didaftarkan langsung ke United Kingdom Border Agency (UKBA) serta ditembuskan kepada kita lewat email. CAS ini adalah kelanjutan dari Unconditional Offer yang diterbitkan oleh universitas ketika kita sudah memenuhi semua persyaratan. Salah satu syarat administrasinya adalah nomor paspor yang sudah terintegrasi dalam CAS ini. Sehingga ketika kita nanti mendaftar student visa, UKBA akan mencocokkan paspor dengan CAS tersebut.

Syarat berikutnya adalah tes TB. Untuk tes ini UKBA menunjuk beberapa rumah sakit yang dipercaya menyelenggarakan tes tersebut meliputi RS Premier Bintaro dan Jatinegara serta RS International di Bali dengan biaya sekitar 500rb. Hasil scan dari tes tersebut langsung dikirimkan ke UKBA/VFS dan kita mendapatkan sertifikatnya.

Syarat yang tidak kalah pentingnya adalah deposit. Untuk setiap jiwa yang mendaftar visa student ini baik student maupun dependant haruslah menyediakan biaya hidup sebesar £450 x 9 bulan yang mengendap di rekening selama minimal 1 bulan sebelum aplikasi visa. Untuk student yang mendapat sponsor, bisa diganti dengan guarantee letter yang diterbitkan oleh sponsor.

Syarat-syarat lainnya adalah administratif seperti sertifikat pendidikan terakhir, sertifikat tes bahasa inggris (IELTS), akte kelahiran, akte nikah, kartu keluarga, pas photo, print-out rekening koran berlegalisir dan syarat2 lainnya yang tertera di website UKBA. Dokumen-dokumen ini sebaiknya disertakan aslinya, fotokopi sertifikat pendidikan sudah di legalisir dan dikopi satu rangkap. Seluruh dokumen asli akan dikembalikan dengan pengembalian paspor kita.

Seluruh pendaftaran dilakukan di lembaga yang ditunjuk oleh UKBA untuk mengurus visa yaitu VFS. Sepengetahuan saya ada 2 Kantor VFS yaitu di Denpasar dan Jakarta. Tahun lalu saya mendaftar di VFS Denpasar, dan perbedaannya adalah di Denpasar dikenai biaya tambahan kurang lebih sebesar 900rb.

Yang tidak kalah penting adalah waktu pendaftaran, VFS memerlukan waktu untuk memroses visa ini sekurang-kurangnya 15 hari kerja. Karena dokumen diproses di Bangkok dan bukan di UK embassy di Jakarta, maka memerlukan waktu pengiriman. Pengiriman visa dari Bangkok ke Jakarta kurang lebih 2 hari dan ke VFS Denpasar kurang lebih 4 hari. Tenggang waktu yang cukup aman untuk memroses visa ini adalah 6 minggu, sehingga timeline mulai dari deposit dan lain sebagainya harus sudah mulai dibuat jauh-jauh hari.

VFS juga tidak dapat menjamin bahwa visa kita akan approved, sehingga dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran harus disiapkan selengkap mungkin. Pihak front office VFS yang menerima data kita juga tidak berhak memutuskan apa kelengkapan kita sudah cukup atau belum. Mereka mempunyai check list yang menurut pernyataan mereka sama dengan di website UKBA. Pada saat pengecekan berkas, kita masih bisa mengundurkan diri jika berkas kurang lengkap dan membuat appointment kembali jika sudah lengkap. Karena jika aplikasi visa kita ditolak, uang pendaftaran yang berkisar lima jutaan rupiah tidak dikembalikan dan kita harus mendaftar kembali.

Demikian sekilas tentang pengalaman mengurus UK student visa. Semoga bermanfaat bagi kawan-kawan yang membutuhkan cerita pengalaman ini untuk melengkapi informasi dari website resmi UKBA atau VFS. Semoga sukses!

Fase yang Terlewatkan

Standar

Hiatus, sudah lebih dari dua tahun blog ini tidak diisi tulisan..
dan selama itu pula banyak hal yang seharusnya bisa diceritakan..
…… Jakarta – Denpasar – Birmingham…. Nabila serta adik kecilnya.. Neandro..

Saat-saat itu berjalan sangat cepat tanpa sempat terekam dalam bentuk tulisan.

Ada suatu kala memang tak ingin banyak orang yang tau, takut menimbulkan omongan yang enggak-enggak..
Ada suatu kala juga rasa ingin berbagi itu muncul dan akhirnya dibagi juga lewat sosial media microblogging @heromorphosis. Tapi gak lengkap kalo belum nulis panjang lebar di blog, lagipula twitter punya keterbatasan database.

Yang paling banyak berperan dalam hiatus ini, ya males itu, apalagi? Tugas yang udah jelas2 deadlinenya aja ditunda-tunda apalagi blog.

Tapi ya sayang juga kalo gak ditulis, paling gak nanti bisa jadi bahan pertimbangan kawan2 lain, bahan diskusi atau bahan masukan buat saya pribadi khususnya. Apalagi pengalaman saya ngurus ini-itu, banyak terbantu dengan blog kawan-kawan yang muncul di hasil pencarian mesin pencari.

Sebetulnya banyak yang udah ditulis, masalah pekerjaan, tugas, perjalanan, pindah tugas, foto-foto.. tapi yaitu gak diunggah-unggah dan dimasukin ke blog, sampai tulisan itu kadaluarsa. Makan nasi kemarin aja udah banyak yang gak doyan.. lha ini udah bertahun-tahun.. semoga gak bikin pembaca keracunan dengan informasi yang gak up to date.

 

Belajar Berkata Tidak

Standar

Secangkir kopi luwak yang saya minum pagi ini membuat saya terpikir bahwa terkadang kompromi atau penyesuaian itu dibutuhkan. Rasa kopi yang dalam imajinasi saya didapatkan dari pencampuran bijih kopi pilihan dan enzim-enzim tertentu dalam perut si luwak membuat saya berpikir alangkah pentingnya kompromi. Akan tetapi jika “terkadang” itu sudah lebih intens dari sekedar “biasanya” maka pasti ada efek samping akibat perubahan itu. Banyak efek samping dari kompromi-kompromi atau penyesuaian-penyesuaian yang kita buat, salah satu contoh adalah yang saya tuliskan berikut ini.

Menjadi YES-MAN adalah salah satu sisi buruk dari kompromi, di satu sisi kelihatan keren, powerfull, bisa diandalkan, bisa belajar banyak hal, menjadi orang kepercayaan dan sebagainya, tapi tidak selamanya hal tersebut smooth seperti apa yang kita rencanakan. Pernah ada film tentang YES-MAN ini yang dimainkan oleh Jim Carrey, menceritakan tentang seorang pegawai yang berkarakter NO-MAN yang terbiasa berkata NO pada apapun yang ditawarkan padanya, hidupnya  datar-datar saja sebelum ia mengikuti semacam program pengembangan diri untuk berkata YES! terhadap semua tawaran yang diajukan padanya. Hal ini menjadikan hidupnya lebih berwarna walaupun banyak kesulitan yang harus dia hadapi.

Menjadi YES-MAN di lingkungan yang apatis cukup menantang, bagaimana tidak semua hal dibebankan pada seseorang saja, tanpa kewenangan untuk mendelegasikan tugas, Nice! Sistem yang ada tidak berjalan karena banyak yang apatis, tidak aware dengan tugasnya alhasil seseorang menopang seluruh kegiatan administratif nampaknya mustahil. Oleh karena itu disini harus ada ketegasan baik itu dari pimpinan ataupun si YES-MAN tadi, bisa dengan mengubah paradigma si YES-MAN tadi menjadi YES-NO-MAN. Ingat YES-NO-MAN ini bukan oh-yes-oh-no-man.

Tidak semua tugas yang dibebankan diiyakan, akan tetapi pilih yang paling menantang, paling berbobot, memerlukan keahlian khusus, atau sebagai kunci dari suatu tugas yang besar atau pilih yang paling strategis. Namun tidak selamanya kita bisa memilih tugas oleh karena itu ketika kita dihadapkan pada tugas yang tidak bisa dikerjakan maka belajarlah berkata NO, walau mungkin ada dalam diri kita perasaan bersalah, for greatest goodness of mankind.

(sampai sekarang pun penulis sedang belajar berkata tidak untuk pekerjaan)

hollaaa…

Standar

Assalamualaikum..
Pertama-tama saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena dengan sengaja telah menganggurkan blog ini selama setahun lebih! oh wow!
Selanjutnya.. ah kayak pidato.. gak seruuu.. wkwkwk
Lama ga ngeblog jadi garing yah, mau nulis canggung, mau becanda takut gak lucu, karena dalam benak saya setelah setahun kosong maka postingan selanjutnya haruslah istimewa.. walhasil ditunda terus lah ngeblognya, padahal sungguh kebiasaan ngeblog berarti positif bagi saya. At least ada sesuatu yang benar2 dipikirkan dan dicermati, ngeblog gak boleh asal kayak gini dong karena yang baca ribuan bahkan jutaan blogger.. kan malu kalo salah.. hahahaha *pede mampus*
Btw, next post mungkin dah bisa dibuat diskusi, post kali ini masih perkenalan.
Akhir kata.. Wassalamualaikum..

Rumahku, Surgaku

Standar

Tidak tahu kenapa, semenjak pindah ke rumah baru saya merasa jadi “orang rumahan”, seneng banget pulang ke rumah. Mungkin saja karena rumah baru, suasana berubah ataukah gak punya duit buat kemana-mana, hehehe. Padahal kalo papanya lagi di rumah, ganti Little nabila yang main sama anak tetangga sebelah, istri juga masih kerja sampai akhir tahun. tapi herannya kok saya tetep enjoy banget di rumah ini.

Benar kiranya pepatah “Rumahku, Surgaku”, yang kurang lebih artinya rumah diharapkan dapat memberikan kenyamanan bagi penghuninya. Rumah yang diusahakan dengan perasan keringat ini tampak berdiri kokoh disamping rumah-rumah yang setipe. Berwarnakan abu-abu dan campuran putih membuat kesan minimalisnya terpancar. Walau rumah ini masih dalam status under construction, akan tetapi tidak mengurangi kesenangan penghuninya untuk menempati.

Walaupun harga beli rumah baru terbayar lunas di tahun 2024, kira2 setelah indonesia jadi tuan rumah piala dunia, tapi insyaAllah jerih payah kerja saya dan istri selama ini berwujud dan terbayar impas. dan sudah dapat melepaskan diri dari julukan kontraktor yang selama ini melekat.

Masih tak percaya, sembari mengucap syukur atas kuasa Allah Subhanahu Wata’ala yang mengijinkan kami pasangan pegawai negeri yang baru bekerja seumuran jagung mendiami sebuah properti pribadi di bilangan jombang-ciputat, daerah antara bintaro dan serpong atau yang sering disebut BSD yang singkatan dari Bintaro Sonoan Dikit 😀

Mulai hari Jum’at tanggal 25 Desember 2009 kemarin kami resmi mempunyai alamat baru:

Komplek Dhaya Pesona

Jl.Raya Astek, Jombang-Ciputat

Semoga rumah ini dapat menjadi “Surga” untuk keluarga kami.. amin

Pemuda Harapan Bangsa

Standar

Ada di tangan siapa nasib bangsa ini nantinya? Tentunya pertanyaan klasik tersebut biasa kita jawab dengan sebuah kata “pemuda”. Akan tetapi apakah benar, pemuda-pemudi kita telah dapat mengemban amanat pertanyaan tersebut? perlu kita cermati bagaimana kondisi pemuda saat ini.

Realitas yang kita hadapi saat ini pemuda-pemudi kita disibukkan dengan hal-hal yang tidak ada hubungan langsung dengan peningkatan sumber daya manusia. Banyak pemuda tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi sedang iklim ketenagakerjaan menghendaki kompetensi yang tinggi. Hal tersebut diperparah dengan jumlah pelajar putus sekolah, nah hal-hal seperti ini yang membuat perasaan khawatir dan was-was akan nasib bangsa kita nantinya.

Belum lagi ditambah industri kreatif di Indonesia tampaknya masih cenderung berkiblat ke dunia hiburan sehingga pemuda-pemudi berbondong-bondong ingin menjadi artis. Suatu hal yang tidak banyak sumbangsihnya dalam pembangunan bangsa, kita memerlukan lebih banyak ilmuwan, akuntan, insinyur, dokter, wirausahawan, pilot, dosen dan ahli dalam bidang strategis lainnya untuk dapat menjawab tantangan internasional tersebut.

Memang tidak dipungkiri pemuda indonesia bahkan remajanya banyak berprestasi di dunia internasional, seperti tim olimpiade binaan prof.johanes surya, tim robot mahasiswa indonesia yang menang lomba robot internasional dan beberapa lagi lainnya. tapi hal tersebut seakan-akan termarginalkan melihat banyaknya kawula muda kita berajojing ria dalam televisi dan dunia nyata.

Work hard, play hard? mungkin sah saja, tapi work hard, play harder seakan-akan tidak sesuai dengan kompetisi masyarakat dunia. Kita pernah punya pemuda-pemuda seperti pemuda sukarno, pemuda hatta, pemuda suprijadi, pemuda soedirman, pemuda ahmad wahab, pemuda hok gie hingga pemuda munir. Bangsa ini menunggu pemuda-pemuda lagi yang berkarakter kuat dan pantang menyerah untuk memberi karya bagi kemajuan bangsa.

Kita telah diakui maju secara budaya, sekarang saatnya ekonomi, militer dan sumber daya manusia menyusul. Pemuda Indonesia…. Merdeka!

Sedikit tentang Cicak vs Buaya

Standar

Mengomentari sedikit tentang Cicak vs Buaya, memang sedikit membingungkan. Terutama bagi kita yang tidak asing dengan teori konspirasi. Semua orang boleh punya teori masing-masing, asal kita tidak menghakimi terlebih dahulu.2345_cicak_lawan_buaya2

Merunut sejarah, amatlah pantas keadaan saat ini, dimana banyak sekali massa yang lebih cenderung memihak “cicak” dari pada “buaya”. Hal tersebut mungkin juga terkait tindak-tanduk keseharian buaya yang gemar “memangsa”. Buaya telah mempunyai track record yang tidak bisa dibilang bagus di kenangan mayoritas massa tersebut. bahkan beberapa tahun yang lalu malah bersaing ketat dengan “wakil rakyat yang terhormat” di jajaran terdepan instansi terkorup di indonesia menurut suatu LSM di bidang anti korupsi. Dan tentunya kepala divisi humas buaya sangatlah marah dengan keadaan tersebut, bahkan dalam pers conference menghujat massa yang benar atau salah seakan-akan selalu memposisikan instansinya dalam kondisi salah.

Cicak bukannya tanpa cela, sempat dikabarkan memilih-milih mangsa. Tentunya nyamuk yang gemuk cenderung dilepaskan dan nyamuk yang kurus yang banyak ditangkapi. Bahkan saat ini ketua cicak yang telah non-aktif dikabarkan menjadi tersangka pembunuhan. Keadaan tersebut ditambah lagi dua wakil ketua cicak ditahan buaya atas sangkaan penyalahgunaan wewenang.

Cicak vs Buaya, kita harus membela siapa? Tanyakan pada hati kecil anda siapa yang lebih anda percaya. Di atas itu semua yakinkan dulu hati anda bahwa siapapun yang kalah, yang menang tetap Pemberantasan Korupsi!!!

Menemukan kembali semangat menulis

Standar

Menulis adalah tentang mengungkapkan perasaan dalam hati, mengubahnya menjadi tulisan dengan pilihan diksi yang tepat agar perasaan tersebut terdeskripsikan senyata mungkin. Kita mungkin tidak menyadari apa yang menjadi halangan bagi kita untuk tidak menulis, apakah hal kebiasaan, apakah soal waktu, apakah hari-hari kita tidak menarik ataupun susah memilih kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan.

Begitu juga dengan saya, banyak hal yang hendak saya tulis. Akan tetapi selalu saja ada alasan untuk menunda menuangkannya dalam rangkaian paragraf. Bisa jadi karena memang hal tersebut konsumsi pribadi ataupun digelar di depan umum pun gak akan laku karena blog sepi pengunjung. Tapi sungguh bukan karena itu saya tidak menulis.

Kaos DinamikaAkhir-akhir ini saya disibukkan dengan proyek pengadaan kaos untuk kegiatan kampus yang sangat besar (total kaos yang dibuat 2200 pcs). Waktu banyak terbuang di jalan, padatnya aktivitas membuat saya harus menaiki sepeda motor kesayangan menyusuri jalan-jalan antara bintaro utan kayu. Dan hal ini diperparah dengan kepindahan tempat belajar (kampus) ke daerah purnawarman. Sehingga mengakibatkan perjalanan semakin panjang. Akan tetapi itulah amanah, tanggung jawab bahasa lainnya.

Terus terang saja, beraktivitas layaknya enterpreneur, membuat desain visual, dan mengelola kegiatan adalah hobi saya. Seperti tulisan dalam blog Pandji Pragiwaksono yang terbaru, mempunyai hobi sebagai pekerjaan tetap adalah suatu kenikmatan. Walau saya lakukan tidak sejauh itu, sensasi kenikmatan itu terasa. Bukan dari keuntungan yang dihasilkan (yang ternyata jauh dari yang diharapkan, alias hampir2 merugi) akan tetapi pembuktian kepada diri sendiri dan khalayak yang lebih membuat hati bangga.

Kesibukan semacam ini yang membuat hobi lainnya terabaikan dengan suksesnya. Oleh karena itu tulisan kali ini menjadi titik tolak (yang kesekian kalinya) untuk berkarya lebih baik lagi. Bukan karena ingin diapresiasi, akan tetapi lebih kepada pembuktian diri bahwa saya masih bisa! Ayo ngeblog lagi!!

Potret Kebersahajaan

Standar

Beberapa hari yang lalu saya mengunjungi sebuah toko buku terkenal untuk mencari bahan kuliah. Sembari memilih-milih buku, saya melihat sebuah keluarga juga sedang berada di toko buku tersebut. keluarga itu terdiri dari ayah, ibu dan tiga orang anaknya yang masih kecil. Sembari menunggu ayahnya memilih buku, sang ibu mengajak ketiga anaknya untuk melihat DVD permainan anak-anak. Saya terkejut sekali melihat kegembiraan anak-anak tersebut terutama anak yang paling kecil yang baru berumur kurang dari dua tahun. Dia dapat benar-benar tertawa disaat tayangan di monitor menunjukkan hal hal yang lucu. Tipikal anak cerdas mungkin, demikian pikir saya.

Akhirnya saya tertarik untuk membeli salah satu DVD untuk anak saya di rumah. Selang beberapa waktu saya tidak mendapatkan buku yang saya cari dan ingin membayar DVD serta buku lain yang saya beli. Saya kebetulan bertemu kembali dengan keluarga tersebut di kasir. Keluarga tersebut tidak berpakaian mewah, akan tetapi sang ayah membeli banyak buku, begitu banyaknya sehingga harus sebagian disimpan dalam tas punggung yang dibawanya. Saat pandangan saya lebih menyelidik, maka saya menemukan sebuah lambang BUMN terkenal di negeri ini tercetak pada topi sang ayah. Keluarga tersebut telah menggugah saya akan arti substance over form. Keluarga tersebut memilih membeli buku daripada harus mengeluarkan uang berlebih untuk membeli pakaian mode terbaru dan fashion yang lain. Jika ditafsirkan secara bebas berarti mereka menganggap ilmu pengetahuan jauh lebih penting daripada penampilan. Sungguh filosofi yang jarang ditemukan dalam jaman metropolitan saat ini.